Selasa, 29 September 2009

ucapan lebaran

Ketupat udah dipotongOpor udah dibikinNastar udah dimejaKacang udah digareminGak afdhol kalo gak Minal Aidin wal Faizin

Pola Asuh Pada Anak

4 TIPE POLA ASUH ORANG TUA
Menjadi orang tua memang tidak gampang. Sekolahnya pun tidak ada. Namun begitu, bagaimanapun Anda bersikap terhadap anak, implementasinya bisa digolongkan dalam 4 tipe pola asuh. Termasuk orang tua bagaimanakah Anda?
Semalam Irma terlambat tidur, karena sepupunya berkunjung dan baru pulang jam 22.00. Hari ini si kecil yang masih duduk di kelas 2 SD itu bangun kesiangan. Akibatnya, ia jadi angot, enggak mau berangkat ke sekolah dengan alasan malu kalau terlambat. Setelah semua penghuni rumah membujuknya, bukannya segera mandi dan bergegas ke sekolah, Irma malah makin menjadi-jadi amukannya.
Kalau Irma adalah anak Anda, bagaimana menyikapinya? Memaksanya untuk segera berangkat sekolah? Membiarkannya tidak masuk sekolah? Atau bagaimana? "Sikap yang diambil orang tua terkait erat dengan pola asuh yang diterapkan pada anaknya," ujar Dra. Clara Istiwidarum Kriswanto, MA, CPBC., dari Jagadnita Consulting.
Pada dasarnya orang tua menginginkan anaknya untuk tumbuh menjadi orang yang matang dan dewasa secara sosial. Sehingga apa pun jenis pengasuhan yang diterapkan orang tua pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai hal tersebut. Namun, kadang orang tua tidak menyadari bahwa pola pengasuhan tertentu dapat membawa dampak merugikan bagi anak. Menurut seorang pakar psikologi, Diana Baumrind, ada empat jenis pola pengasuhan, yaitu otoriter, authoritative, neglectful dan indulgent. Kalau Anda ingin tahu termasuk yang mana, simak penjelasannya berikut.
Marfuah Panji Astuti. Foto Ferdi/nakita

OTORITER YANG MEMAKSA
BILA orang tua Irma termasuk tipe otoriter, maka dia akan mengambil sikap memaksa tanpa kompromi sama sekali. Pokoknya, sekolah wajib hukumnya dan anak tidak boleh membolos dengan alasan apa pun. Mau terlambat, harus menanggung malu, atau kena hukum dari guru, orang tua tidak mau tahu. Yang penting anak tetap berangkat sekolah yang memang menjadi kewajibannya. "Pokoknya Mama-Papa enggak mau tahu. Kamu harus segera mandi dan berangkat sekolah. Jangan membantah!" Kata-kata seperti itulah yang akan diucapkan oleh orang tua otoritarian bila menghadapi keadaan ini.
Pola otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orang tua tanpa banyak alasan. Dalam pola asuh ini biasa ditemukan penerapan hukuman fisik dan aturan-aturan tanpa merasa perlu menjelaskan kepada anak apa guna dan alasan di balik aturan tersebut.
Orang tua mungkin berpendapat bahwa anak memang harus mengikuti aturan yang ditetapkannya. Toh, apa pun peraturan yang ditetapkan orang tua semata-mata demi kebaikan anak. Orang tua tak mau repot-repot berpikir bahwa peraturan yang kaku seperti itu justru akan menimbulkan serangkaian efek.
Pola asuh otoriter biasanya berdampak buruk pada anak, seperti ia merasa tidak bahagia, ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang, tidak mampu menyelesaikan masalah (kemampuan problem solving-nya buruk), begitu juga kemampuan komunikasinya yang buruk.

NEGLECTFUL SI CUEK
BILA masalah Irma ini dihadapi oleh orang tua yang mempunyai pola asuh neglectful, maka apa pun yang terjadi, terjadilah tanpa orang tua menaruh peduli sama sekali. Anak mau sekolah terserah, tidak sekolah juga terserah. Apa saja yang ingin dilakukan anak, orang tua membolehkannya. Kalau ia harus berangkat kerja saat itu, ya ia tetap berangkat ke kantor, tanpa peduli anak akan menentukan pilihan yang mana. Dalam bahasa sederhananya tipe ini adalah tipe orang tua yang permisif alias serba membolehkan.
Pola neglectful adalah pola dimana orang tua tidak mau terlibat dan tidak mau pula pusing-pusing memedulikan kehidupan anaknya. Jangan salahkan bila anak menganggap bahwa aspek-aspek lain dalam kehidupan orang tuanya lebih penting daripada keberadaan dirinya. Walaupun tinggal di bawah atap yang sama, bisa jadi orang tua tidak begitu tahu perkembangan anaknya.
Pola asuh seperti ini tentu akan menimbulkan serangkaian dampak buruk. Di antaranya anak akan mempunyai harga diri yang rendah, tidak punya kontrol diri yang baik, kemampuan sosialnya buruk, dan merasa bukan bagian yang penting untuk orang tuanya. Bukan tidak mungkin serangkaian dampak buruk ini akan terbawa sampai ia dewasa. Tidak tertutup kemungkinan pula anak akan melakukan hal yang sama terhadap anaknya kelak. Akibatnya, masalah menyerupai lingkaran setan yang tidak pernah putus.

INDULGENT TIDAK PUNYA POSISI TAWAR
KIRA-KIRA seperti ini yang akan dikatakan orang tua yang tidak punya posisi tawar, "Ya sudah, Irma boleh enggak sekolah. Kamu lagi malas sekolah ya?" Kalau Irma mau menonton televisi saja di rumah, orang tua akan berkata, "Ya sudah, daripada menangis terus, kamu nonton teve saja deh." Begitu seterusnya. Kata-kata seperti itu akan sering diucapkan oleh orang tua yang mempunyai pola asuh indulgent.
Pola indulgent sebetulnya menjadi istilah bagi pola asuh orang tua yang selalu terlibat dalam semua aspek kehidupan anak. Namun di situ tidak ada tuntutan dan kontrol dari orang tua terhadap anak. Mereka cenderung membiarkan anaknya melakukan apa saja sesuai dengan keinginan mereka. Dalam bahasa sederhananya, orang tua akan selalu menuruti keinginan anak, apa pun keinginan tersebut. Bahkan orang tua jadi tidak punya posisi tawar sama sekali di depan anak karena semua keinginannya akan dituruti, tanpa mempertimbangkan apakah itu baik atau buruk bagi si anak," tandas Clara.
Banyak orang tua yang menerapkan pola asuh ini berkilah bahwa sikap yang diambilnya didasari rasa sayangnya terhadap anak. "Cinta saya pada si kecil kan cinta yang tidak bersyarat. Jadi, apa pun yang diminta anak akan saya turuti." Padahal yang namanya cinta, pada siapa pun, termasuk pada anak, tidak identik dengan keharusan menuruti semua keinginannya.
Akibat buruk yang harus diterima anak sehubungan dengan pola asuh orang tua yang seperti ini jelas tidak sedikit. Di antaranya anak jadi sama sekali tidak belajar mengontrol diri. Ia selalu menuntut orang lain untuk menuruti keinginannya tapi tidak berusaha belajar menghormati orang lain. Anak pun cenderung mendominasi orang lain, sehingga punya kesulitan dalam berteman.

AUTHORITATIVE MEMBERIKAN PILIHAN
APAKAH Anda termasuk orang tua yang akan memilih langkah seperti ini? "Jadi Irma maunya gimana? Kalau mau makan es krim dulu, oke Mama kasih waktu 5 menit, tapi setelah itu kamu harus segera mandi dan berangkat sekolah." Anak boleh memilih melakukan apa yang menurutnya baik, tetapi tetap harus ada batasan apa yang seharusnya dilakukan. Pola asuh seperti ini dikategorikan sebagai pola asuh authoritative.
Pola authoritative mendorong anak untuk mandiri, tapi orang tua tetap menetapkan batas dan kontrol. Orang tua biasanya bersikap hangat, dan penuh welas asih kepada anak, bisa menerima alasan dari semua tindakan anak, mendukung tindakan anak yang konstruktif. "Jadi pada kasus anak terlambat sekolah, orang tua tetap mendengarkan dulu apa keinginan anak, dalam hal ini adalah makan es krim dulu. Bisa jadi hal itu dilakukan anak untuk meredakan ketegangannya karena akan terlambat masuk kelas. Tapi setelah itu, orang tua tetap mengarahkan anak untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan, yaitu tetap harus segera mandi dan kemudian berangkat sekolah," kata Clara.
Anak yang terbiasa dengan pola asuh authoritative akan membawa dampak menguntungkan. Di antaranya anak akan merasa bahagia, mempunyai kontrol diri dan rasa percaya dirinya terpupuk, bisa mengatasi stres, punya keinginan untuk berprestasi dan bisa berkomunikasi baik dengan teman-teman dan orang dewasa.
Dengan adanya dampak positif tersebut, pola asuh authoritative adalah pola asuh yang bisa dijadikan pilihan bagi orang tua. "Beri anak kesempatan bicara tetapi kontrol sepenuhnya tetap di tangan orang tua," tambahnya.

TIPS MENJADI ORANG TUA IDEAL
SEHUBUNGAN dengan pola asuh yang baik, Clara menyarankan beberapa hal berikut yang dapat digunakan orang tua untuk mempererat hubungannya dengan anak.
* Menyediakan waktu untuk anak
Komunikasi yang baik memerlukan waktu yang berkualitas dan ini yang kadang tidak dipikirkan oleh orang tua. Tak sedikit orang tua yang meyakini bahwa yang penting adalah kualitas bukan kuantitas. Padahal dalam hal komunikasi, kuantitas juga diperlukan. Bila orang tua bisa memberikan waktu yang berkualitas bagi anaknya, maka itu berarti ia sudah mengasihi dan memperhatikan anaknya.
* Berkomunikasi secara pribadi
Jangan tunggu sampai anak bermasalah. Setiap kali ada kesempatan, manfaatkan momen tersebut untuk mengajak anak bicara. Bicara di sini tidak sekadar basa-basi menanyakan apa kabarnya hari ini. Akan tetapi sebaiknya orang tua juga bisa menyelami perasaan senang, sedih, marah maupun keluh kesah anak.
* Menghargai anak
Hargai keberadaan anak. Jangan hanya menganggapnya sebagai anak kecil. Kalaupun sedang bicara dengan anak, posisikan dirinya sebagai sosok yang dihargai dan sederajat. Dalam beberapa hal tertentu ada yang lebih diketahui anak ketimbang orang tua. Jadi ada baiknya orang tua pun belajar untuk menghargai dan mendengarkan pendapat anaknya.
* Mengerti anak
Dalam berkomunikasi dengan anak, orang tua sebaiknya berusaha untuk mengerti dunia anak, memandang posisi mereka, mendengarkan apa ceritanya dan apa dalihnya. Mengenali apa yang menjadi suka dan duka, kegemaran, kesulitan, kelebihan, serta kekurangan mereka.
* Menciptakan hubungan yang baik
Hubungan yang erat dapat mempersempit jurang pemisah antara orang tua dan anak. Dengan demikian anak mau bersikap terbuka dengan menceritakan seluruh isi hatinya tanpa ada yang ditutup-tutupi di hadapan orang tua.
* Berikan sentuhan/kedekatan fisik dan kontak mata
Usahakan setiap hari untuk menyentuh, melakukan kontak mata dan kedekatan fisik dengan anak. Anak akan merasakan kasih sayang dan kehangatan orang tua bila ayah atau ibu mau melakukan hal-hal tersebut.
* Dengarkan anak
Orang tua sebaiknya belajar untuk menjadi pendengar aktif bagi anaknya. Dengan demikian anak akan tahu bahwa orang tua mampu memahaminya seperti yang mereka rasakan. Bukan seperti yang dilihat atau disangka orang tuanya. Cara ini akan membuat anak merasa penting dan berharga. Selain itu anak akan belajar untuk mengenali, menerima, dan mengerti perasaan mereka sendiri, serta menemukan cara untuk mengatasi masalahnya.

Makanan sehat mempengaruhi kecerdasan anak

CERDASKAN ANAK DENGAN AL-QUR’AN
(Kupersembahkan untuk saudariku, yang akan menjadi seorang ibu termulia)
Oleh : al-Islamiyah
Bismmillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Kita memuji-Nya, meminta pertolungan-Nya, dan hanya kepada-Nya kita memohon ampun dan hidayah, serta berlindung dari kejahatan diri (nafsu) kita dan keburukan amal-amal kita. Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah hamba serta pesuruh-Nya.
Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Nabi saw bersabda, ” Setengah kewajiban orang tua memenuhi hak anak, ada 3 perkara, yaitu: 1. memberi nama yang baik ketika lahir, 2. Mendidiknya dengan Al-Qur’an (agama islam), 3. Mengawinkannnya ketika dewasa.”
Memberi nama yang baik ketika lahir
Beberapa Hal yang Harus Dilakukan oleh Orang tua Setelah Kelahiran Anaknya adalah sebagai berikut:
Menyuarakan adzan di telinga kanan dan qomat di telinga kiri bayi.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dari Abu Rafi’: Aku melihat Rasulullah saw menyuarakan adzan pada telinga Al-Hasan bin ‘Ali ketika Fatimah melahirkannya.”
b. Melakukan tahniq (menggosok langit-langit mulut bagian atas) dengan kurma yang sudah dilembutkan.
Caranya yaitu dengan menaruh sebagian kurma yang telah dikunyah atau dilumatkan pada jari, dan memasukkan jari itu ke dalam mulut bayi, kemudian menggerak-gerakkannya ke kiri dan ke kanan dengan gerakan yang lembut hingga merata di sekeliling langit-langit bayi. Jika kurma sulit di dapat, tahniq ini dapat dilakukan dengan bahan yang manis lainnya, seperti madu atau saripati gula, sebagaimana pelaksanaan sunnah Nabi saw.
Dari Abu Burdah, dari Abu Musa r.a., ia berkata: “Aku telah dikaruniai seorang anak, kemudian aku membawanya kepada Nabi saw. lalu beliau menamakannya Ibrahim, menggosok-gosok langit-langit mulutnya dengan sebuah kurma dan mendo’akannya dengan keberkahan. Setelah itu beliau menyerahkannya kepadaku.”
Hikmahnya dengan melakukan tahniq ialah untuk menguatkan syaraf-syaraf mulut dan gerakan lisan beserta tenggorokan dan dua tulang rahang bawah dengan jilatan, sehingga anak siap untuk menghisap air susu ibunya dengan kuat dan alami. Lebih utama kalau tahniq ini dilakukan oleh ulama / orang yang shalih sebagai penghormatan dan pengharapan agar si bayi menjadi orang yang shalih pula.
c. Mencukur rambut kepala bayi, Memberi nama, dan Aqiqah.
Aqiqah adalah tanda syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat anak yang diberikan-Nya. Juga sebagai washilah (sarana) memohon kepada Allah SWT. agar menjaga dan memelihara sang bayi. Hukum aqiqah adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) bagi para wali bayi yang mampu, bahkan tetap dianjurkan, sekalipun wali bayi dalam kondisi sulit. Yaitu, dengan menyembelih dua ekor kambing bagi anak laki-laki dan satu ekor kambing bagi anak perempuan.
Berdasarkan atas hadits dari Ummu Karaz al-Ka’biyah, Rasul saw. bersabda: “Bagi anak laki-laki (disembelihkan) dua ekor kambing dan bagi anak perempuan (disembelihkan) satu ekor. Dan tidak membahayakan kamu sekalian apakah (sembelihan itu) jantan atau betina” (H. R. Ahmad dan Tirmidzi)
Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya anak itu diaqiqahi. Maka tumpahkanlah darah baginya dan jauhkanlah penyakit daripadanya (dengan mencukurnya).” (Hadits shahih riwayat Bukhari, dari Salman Bin Amar Adh-Dhabi).
Rasulullah saw. bersabda : “Setiap anak itu digadaikan dengan aqiqahnya. Ia disembelihkan (binatang) pada hari ke tujuh dari hari kelahirannya, diberi nama pada hari itu dan dicukur kepalanya”. (Ahmad dan Imam Empat dan disahihkan oleh Turmudzi).
Hal di atas berlaku untuk orang yang dikaruniai rizqi yang cukup oleh Allah SWT. Sedangkan orang yang kemampuannya terbatas, diperbolehkan untuk meng’aqiqahi anak laki-laki maupun anak perempuan dengan satu ekor kambing. Hal ini berdasar atas hadits dari Ibnu ‘Abbas r.a.: “Bahwa Rasulullah saw. telah meng’aqiqahi Al-Hasan dan Al-Husain dengan satu ekor biri-biri.” (H.R. Abu Dawud), dan juga riwayat dari Imam Malik: “Abdullah bin Umar r.a. telah meng’aqiqahi anak-anaknya baik laki-laki maupun perempuan, satu kambing-satu kambing.”
d. Dianjurkan agar ‘aqiqah itu disembelih atas nama anak yang dilahirkan.
Hal ini berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu al-Mundzir dari ‘Aisyah r.a.:Nabi saw. bersabda: “Sembelihlah atas namanya (anak yang dilahirkan), dan ucapkanlah, ‘Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, bagi-Mu-lah dan kepada-Mu-lah ku persembahkan ‘aqiqah si Fulan ini.” Akan tetapi, jika orang yang menyembelih itu telah berniat, meskipun tidak menyebutkan nama anak itu, maka tujuannya sudah tercapai.
e. Disukai untuk memberi nama anak pada hari ketujuh dengan memilihkannya nama-nama yang baik, lalu mencukur rambutnya, kemudian bersedekah senilai harga emas atau perak yang setimbang dengan berat rambutnya. Dari Ali r.a. berkata: Rasulullah saw. memerintahkan Fatimah dan bersabda : “Timbanglah rambut Husain dan bersedekahlah dengan perak sesuai dengan berat timbangan (rambut)nya dan berikanlah kaki kambing kepada kabilah (suku bangsa)”.
2. Mendidiknya dengan Al-Qur’an (agama islam)
Mendidik seorang anak adalah kewajiban. Anak adalah amanah yang dititipkan Allah SWT kepada para orang tua. Orang tua merupakan figur teladan bagi anak-anak mereka. Mendidik anak dalam rumah tangga tentu saja harus didiringi dengan kekuatan akhlak yang baik dari para orang tua. Sebagai orang tua hendaklah mendidik anak-anaknya dengan mencontoh figur Rosulullah sallallahu ’alaihi wa sallam. Bukankah Rosulullah merupakan suri tauladan yang baik, mengajarkan dengan akhlak yang baik. Dimana akhlak Rosulullah adalah Al-Qur’an. Meskipun tidak seluruhnya dan sesempurna seperti beliau, tapi berusaha semampunya seperti sunnah baginda Rosulullah sallallahu ’alaihi wa sallam.
“Tujuh macam amal jariyah yaitu:
1. Membangun masjid, sepanjang dibuat sholat,
2. Membuat saluran air muinum, selama diminum masyarakat
3. Menulis mushaf (Al-Qur’an)selama dibaca orang
4. Menggali sumur, selama digunakan orang
5. Menanam pohon/tanaman, selam dimakan orang/burung dan lain-lain
6. Mendidik / Mengajarkan ilmu, selama dimanfaatkan
7. Meninggalkan anak saleh selama mendoakan dan istighfar untuknya. Yakni ketika mendidik anak dengan ilmu dan Al-Qur’an, orang tuanya /pendidik akan memperoleh pahala selama anak tersebut melaksanakan atau mengamalkan ilmu / Al-Qur’an. Tetapi, ketika punya anak dibiarkan terlantar pendidikannya (sehingga menjadi fasik), maka orang tuanya disamping menanggung dosanya sendiri (akibat terlena) juga dosa-dosa anaknya.” Demikianlah Yazid Raqqasyi, dan diriwayatkan Anas bin Malik ra.
“ (Allah) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia.” (Ar-Rahman : 1-3).
Sesungguhnya, nikmat Al-Quran merupakan karunia dan anugerah paling agung yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Bahkan, Allah Azza Wajalla yang lebih mendahulukan Al-Quran daripada penciptaan manusia. Allah juga menganugerahkan karunia yang sangat agung, akan meninggikan derajat serta martabat, dan melipatgandakan pahala bagi siapa saja yang mempelajari, menghayati, menghafal dan menerapkan Al-Qur’an.
Al-Qur’an mengandung nilai ibadah dalam membaca, menghafal, dan mengamalkan hukum-hukum, etika-etika, serta akhlak-akhlak yang dikandungnya. Al-Qur’an juga mengandung aturan-aturan yang mencakup kehidupan manusia, baik di dunia maupun akhirat. Rosulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda : ”Ibadah ummatku yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an.” dan ” Barang siapa membaca satu huruf dari kitabullah, ditulis baginya satu kebaikan dan kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat.”
Subhanallah, sungguh mulianya Al-Qur’an bagi kita, apalagi saat ini banyak sekali kita temukan lembaga-lembaga pengkajian Al-Qur’an dan taman pendidikan Al-Qur’an yang mulai menjamur dengan berbagai cara dan metode yang dapat memudahkan masyarakat apalagi untuk anak-anak untuk dapat (baca: bisa) membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Penanaman Al-Qur’an sejak dini terhadap anak sangatlah penting, apalagi besar sekali manfaatnya bagi perkembangan EQ dan IQ dengan adanya Al-Qur’an dihati mereka.
Sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, ”Allah ta’ala berfirman: Barang siapa disibukkan dengan menyebut nama-Ku dan membaca Kitab-Ku hingga ia tidak sempat meminta kepada-Ku, maka Kuberikan kepadanya sebaik-baik yang Kuberikan kepada orang-orang yang meminta.” bukankah hidup kita penuh dengan kebaikan-kebaikan yang Allah berikan. Dan kita mendamba selalu kebaikan Allah swt yang membawa berkah pada hidup kita. Tanpa-Nya kita tidak akan bisa menikmati sajian keindahan yang dianugerahkan berupa nikmat yang tak terhitung banyaknya, sehingga dapat mengantarkan kita untuk selalu mengingatnya dengan menyebut dan meletakkan Allah swt dihati kita.
Sebagai manusia yang bersyukur, sudah hak dan kewajiban kita untuk selalu menyibukkan diri dengan mengingat-Nya dan sebuah nikmat yang menyejukkan ketika kita selalu menyebut nama-Nya ketika duduk atau berdiri. Dan Allah swt akan memenuhi apa yang menjadi kebutuhan kita, bahkan ketika tidak sempat meminta pada-Nya, Dia akan mencukupi kebutuhan kita. Apalagi mengharapkan anak-anak kita menjadi ahli al-Qur’an yang mempunyai akhlak mulia, cerdas, dan salih. Betapa senangnya para orang tua atau guru yang mendidik anak-anaknya tumbuh menjadi insan kamil, yang bermanfaat bagi orang lain. Dengan teladan yang ditampilkan oleh para orang tua dan guru pastinya akan berdampak pada anak-anak , mereka juga akan banyak meniru segala sesuatu yang terdapat pada diri kita. Maka, mari kita beri contoh sebaik mungkin dan tanamkan pada diri anak-anak akhlakul karimah berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Rosululloh SAW.
Bagaimana menanamkan kecintaan Al-Qur’an bagi anak-anak?
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan :”Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada ilah selain-Nya, sesungguhnya diantara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli syurga hingga jarak antara dirinya dan syurga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya diantara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli syurga maka masuklah dia ke dalam syurga.” (Riwayat Bukhori dan Muslim).
Menjadi seorang ibu adalah suatu yang sangat mulia. Apalagi kebahagiaan akan terasa lengkap jika mendapatkan anugerah dari Allah SWT seorang anak yang solih dan solihah. Dan awal keberhasilan mendidik seorang anak menjadi seorang yang berakhlak mulia, alim, dan solih tidak akan terlepas dari peran kedua orang tua, terlebih lagi bagi seorang ibu. Jika menginginkan anak kita terlahir sebagai orang yang ahli dalam Al-Qur’an (baik akhlaknya, sikapnya, perbuatannya yang sesuai dengan syariat islam yaitu Al-Qur’an), maka ketika seorang anak masih dalam kandungan hendaknya sudah diperdengarkan bacaan-bacaan Al-Quran.
Al-Hafidz Ustadz Sufyan Al-Makky mengatakan, ” Jika ingin mencetak seorang anak yang hafidz (hafal Al-Qur’an) dan dapat dimudahkan baik membacanya, menghafal dan mengamalkan Al-Qur’an, maka ketika seorang ibu hamil 4 atau 5 bulan sering diajak bicara dengan Al-Qur’an. Dan Insya Allah anak tersebut pasti akan menjadi ahli Al-Qur’an.” Didalam Al-Qur’an banyak sekali doa-doa yang isinya untuk mendoakan anak agar menjadi anak-anak yang salih dan shalihah. Seperti, ada ulama’ yang mengatakan, ”Jika ingin mendoakan anak maka bacalah setelah subuh dan ashar sebanyak tiga atau 7 kali,” ayatnya yaitu:”(ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".
Adapula doa yang hendaknya dibaca setiap hari setelah selesai sholat fardhu dan setiap kali kita berdoa, seperti yang terkandung dalam surah Al-Furqan : 74Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
Sesibuk apapun orang tua dengan berbagai macam profesinya, hendaklah dari awal kehamilan ditanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an meskipun sedikit tapi jika istiqomah akan dapat merasakan kemuliaan dan keberkahan dari Kalamullah itu. Ditunjukkan dalam hadist diatas, ”Penciptaan manusia ketika menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya.” Dari sinilah Allah akan memberikan ketetapan atau takdir yang akan dialami seorang anak, jika sejak semula orang tua istiqomah membaca Al-Qur’an dan memohon pada Allah yang terbaik bagi anak, Allah SWT pasti akan memberikan apa yang diinginkan oleh kedua orang tuanya dengan berkah dari Al-Qur’anul Karim. Bukankah Allah pengabul segala doa bagi umatnya?.
Seorang ibu hendaknya sering-sering memperdengarkan bacaan Al-Qur’an ketelinga bayinya ketika menggendong, ketika akan menidurkan atau menyusui. Semakin sering Al-Qur’an diperdengarkan semakin mudah penanaman dan kecintaan Al-Qur’an pada seorang anak.
Setelah anak tumbuh besar saat anak bisa berbicara (sekitar umur 2 tahun) kita bisa ajarkan bacaan dari Al-Qur’an, sebab pada umur 2 tahun anak akan meniru ucapan yang keluar dari orang disekitarnya. Ketika anak mulai fasih berbicara, kita dapat tanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an dengan mengajari mereka cara membaca Al-Qur’an, menghafal ayat-ayat Al-Qur’an yang mudah, bagaimana adab-adab atau etika membaca Al-Qur’an , diceritakan keutaman dan kemuliaan Al-Qur’an bagi siapa saja yang membaca atau yang menghafalnya, menceritakan kisah-kisah, contoh-contoh, serta peristiwa-peristiwa yang telah berlangsung dan yang akan terjadi atas izin Allah SWT dengan bersumber pada Al-Qur’an serta rahasia-rahasia Allah SWT yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dan pastikan mereka mendengarkan apa yang kita berikan sehingga Al-Qur’an akan menyentuh hati mereka, sehingga mereka akan terikat dengan Al-Qur’an baik dari aspek kecintaan maupun pengetahuannya.
Jika orang tua tidak mampu mengajarkan sendiri Al-Qur’an, banyak sekali lembaga-lembaga pendidikan Al-Qur’an baik formal maupun nonformal yang mampu mencetak generasi Qur’ani sehingga memudahkan orang tua untuk mendidik mereka dan menanamkan kecintaan pada Al-Qur’an.
Al-Hafidz as-Suyuti berkata, “Pengajaran al-Qur’an adalah dasar dari prinsip-prinsip islam. Anak-anak tumbuh diatas fitrahnya dan cahaya-cahaya hikmah yang masuk kedalam kalbu mereka sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan cahaya hitamnya yang dilekati kotoran-kotoran maksiat dan kesesatan.”
Abu Dawud meriwayatkan dari Sahal bin Mu’adz ra. Bahwa Rosulullah saw bersabda, “ Barangsiapa yang membaca al-Qur’an dan mengamalkannya, maka Allah akan memakaikan kepada kedua orang tuanya sebuah mahkota pada hari kiamat, yang cahayanya lebih bagus dari cahaya matahari.”
Disamping itu, penting sekali memberi asupan gizi yang halal dan baik kepada anak-anak sehingga mereka mampu menyerap ilmu dan memudahkan mereka dalam menghafal ilmu yang mereka pelajari. Sebab, dengan memberikan barang-barang atau makanan yang halal bagi mereka, Allah akan cepat mengabulkan doa orang tua sehingga akan menjadikan anak-anak yang berakhlak mulia, salih, alim, cerdas dan ahli Al-Qur’an. Rosulullah SAW bersabda, “ Makanlah makanan yang baik (halal). Niscaya dikabulkan doamu.” Jika menginginkan anak yang cerdas salih dan ahli Al-Qur’an maka usahakanlah untuk memberikan mereka makanan atau barang-barang yang halal.
Hasil Pendidikan dan Penanaman Al-Qur’an pada anak-anak
Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, bahwa Rosulullah sallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, bahwa Allah Azza wa jalla membaca surat Thahaa Yaa Siin 200 tahun sebelum menciptakan makhluk. Tatkala malaikat mendengar Al-Qur’an, mereka berkata, “ Beruntunglah umat yang diturunkan Al-Qur’an ini kepada mereka, dan beruntunglah rongga tubuh yang mengandung Al-Qur’an ini serta beruntung pula lisan yang membacanya.”
Sungguh beruntung sekali Umat Nabi Muhammad SAW, yang dianugerahi dan hidup dengan berpedoman pada Al-Qur’an. Apalagi dengan banyak membaca, menghayati, mempelajari, menghafal terlebih lagi mengamalkan isinya merupakan sebuah kenikmatan yang sangat besar. Banyak sekali bukti dengan penanaman al-Qur’an sejak dini dan menjadikan seorang anak memiliki kecerdasan yang luar biasa, salih dan memiliki akhlak yang mulia. Bukankah pendahulu kita (para ulama yang ’arif dan sangat tawadhu’ pada Allah) tidak terlepas dari didikan Al-Qur’an.
Sebut saja Al-Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, atau yang disebut dengan Imam Asy-Syafi’i yang mempunyai akhlak mulia dan beliau hafal Al-Qur’an pada usia tujuh tahun. Beliau adalah benar-benar sosok yang ahli pada semua bidang ilmu dan banyak sekali kitab-kitab yang ditulisnya dan bermanfaat bagi kaum muslimin. Dengan ilmunya, kita dapat merasakan islam telah sampai pada kita dan pendahulu-pendahulu sebelum kita. Semua itu tidak terlepas dari Al-Qur’anul Karim.
Diceritakan bahwa Syekh Muhammad bin al-Jazari mempunyai bapak seorang pedagang. Ia berharap agar Allah mengabulkan doanya untuk mendidik anaknya dengan pendidikan agama, serta mengasuhnya dengan baik. Sehingga, Ibnu al-Jazaripun akhirnya tumbuh disebuah rumah yang penghuninya sangat menghargai dan menghormati ilmu pengetahuan. Keluarganyalah yang membantunyadalam menyempurnakan hafalan al-Qur’an-nya. Ketika ia berusia 13 tahun, beliau sudah mendengarkan hadist, membaca al-Qur’an, dan meggabungkan bacaan imam ynag tujuh, dan juga mengumpulkan bacaan-bacaan di negeri Syam.
Pada masa Rosulullah saw. Banyak sahabat-sahabat yang mempunyai kemulian karena al-Qur’an sebab mengafal kalamullah itu, seperti Amr bin Salmah, al-Barra’ bin Azib, Zaid bin Haritsah dan masih banyak lagi yang lainnya. Sampai-sampai Zaid bin Tsabit ra. Termasuk salah seorang penghafal al-Qur’an yang mapan dan menjadi sandaran Khalifah Abu Bakar dan Ustman dalam mengumpulkan.
Dari penelitian saya, anak-anak yang fasih bacaan Al-Qur’annya dan sebagian mereka masih dalam tahapan menghafal, prestasi mereka lebih baik dari pada teman mereka yang lain (yang tidak bisa membaca al-Quran) rata-rata nilai mereka baik-baik sehingga kebanyakan mereka dapat beasiswa dari pemerintah setempat. Ada yang masuk 3 besar, 5 besar, 10 besar, bahkan masuk 10 besar ujian nasional se-Kota tempat saya tinggal. Ada juga yang masuk kelas ekselerasi / khusus di Madrasah Tsanawiyah favorit sehingga dia menempuh studinya hanya 2 tahun saja. Menurut pengamatan saya, anak-anak yang bisa membaca al-Qur’an mereka lebih fasih melafalkan bahasa arab dan kebanyakan mereka memiliki akhlak yang mulia, patuh dengan guru dan orang tuanya, dan suka berbuat baik pada saudara dan teman-temannya. Sebagian dari mereka juga mendapatkan berkah dari al-Qur’an, mereka mendapatkan kehormatan pada setiap festival dalam pembacaan al-Qur’an.
Ali karamallohu wajhah berkata, “ Kalau aku mau, niscaya aku muati 70 ekor unta dengan tafsir Al-Fatihah. Maka jelaslah bahwa rahasia-rahasia Al-Qur’an tidak habis dan keajaiban-keajaibannya tidak terhitung.” Bukankah al-Qur’an merupakan mukjizat yang nyata dan didalamnya terdapat keberkahan-keberkahan yang tidak disangka bagi pembacanya dan yang mengamalkannya? Maka amat sangatlah penting mendidik anak-anak dan mencerdaskan mereka dengan al-Qur’an. Semoga Allah selalu memberi kemudahan mendidik mereka dengan berkah al-Qur’anul Karim. Amin.
“ Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab(hari kiamat).” (Ibrahim:40-41)
Ya Allah jadikan al-Qur’an sebagai musim semi dan cahaya hati kami. Hunjamkan kecintaan kedalam hati putra-putri dan anak didik kami untuk membaca, menghafal dan berpegang teguh padanya. Jadikan ia sebagai cahaya bagi jalan kehidupan mereka. Amin, Ya Robbal Alamin.